Rabu, 16 November 2011

SEJARAH KECAMATAN LUMBUNG


SEJARAH KECAMATAN LUMBUNG


Proses lahirnya Kecamatan Lumbung diawali dengan terbentuknya Kamantren/Perwakilan Kecamatan Lumbung pada Tahun 1982, yang terdiri dari 8 (delapan) desa yang merupakan gabungan dari Kecamatan Kawali 6 desa yaitu desa Awiluar, Darmaraja, Lumbung, Lumbungsari, Sukaraharja dan Cikupa, Kecamatan Panawangan 1 Desa yaitu desa Sadewata dan Kecamatan Panjalu 1 Desa yaitu desa Rawa.
Sebelum digabungkan dengan Kecamatan Kawali, pada tanggal 13 Mei 2000 tokoh masyarakat mengadakan rapat yang bertempat di desa Lumbung yang dihadiri oleh 93 orang, menyatakan dukungannya atas perubahan status perwakilan/Kemantren Lumbung menjadi Kecamatan Lumbung, pernyataan tersebut ditandatangani atas nama masyarakat oleh : 1. Drs. Iing Syam, 2. H. Tatang Sudjani, 3. H. Yaya dan kapermat Lumbung yang pada saat itu adalah Dj. Djuharna dan Camat Kawali adalah A. Supriatna M, SH.
Tidak lama kemudian Kemantren Lumbung digabungkan kembali dengan Kecamatan Kawali pada tahun 1997 berdasarkan SK.
Pada tahun 2003 dibentuk tim musyawarah masyarakat exs. Kamantren Lumbung yang diketuai oleh H. Tatang Sudjani, S. Sos, pada hari Kamis tanggal, 11 September 2003 dan melaksanakan musyawarah tentang kesediaan untuk menjadi Kecamatan Lumbung.
Pada Tanggal 18 Agustus 2004 para Kepala Desa, BPD dan Forum Konsultasi Kecamatan mengadakan musyawarah serta menyerahkan sepenuhnya kepada Kabupaten, perwakilan kecamatan/Kamantren menjadi Kecamatan, beserta pusat penyelengggaraan pemerintahannya.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 15 tahun 2004, tentang pembentukan Kecamatan Sindangkasih, Baregbeg, Panjalu Utara, Lumbung, Purwadadi dan Mangunjaya kabupaten Ciamis.
Kecamatan Lumbung mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
  1. Sebelah Utara : Kecamatan Panawangan
  2. Sebelah Selatan : Kecamatan Cipaku
  3. Sebelah Barat : Kecamatan Panjalu
  4. Sebelah Timur : Kecamatan Kawali
Dengan luas wilayah 27,94 Km2
Kemudian berdasarkan Keputusan Bupati Ciamis tanggal 30 September 2004 tentang peresmian kecamatan dan penetapan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan (Ibu Kota) kecamatan Baregbeg, Sindangkasih, Purwadadi, Mangunjaya dan Lumbung Kabupaten Ciamis.
Menetapkan : bagi kecamatan Lumbung, pusat kegiatan penyelenggaraan pemerintahan (Ibu Kota) kecamatan akan diatur lebih lanjut dalam keputusan tersendiri dan untuk sementara berkantor di Exs Kamantren.
Kemudian pada hari Senin 11 Oktober 2004 pelantikan Camat yang pertama a.n. H. Rohim Haryadi, S. IP. NIP. 010 163 888.
Pada hari Kamis tanggal, 14 Oktober 2004 bertempat di halaman Balai Desa Baregbeg, kecamatan Lumbung dan (4) kecamatan lainnya diresmikan oleh Bapak Bupati Ciamis ( H. Engkon Komara ) dan dilanjutkan dengan pelantikan Eselon IV untuk mengisi jabatan di kecamatan, dilanjutkan dengan penambahan personil.
Pada hari Jumat tanggal 15 Oktober 2004 kegiatan pemerintahan kecamatan dan pelayanan kepada masyarakat mulai berjalan. Kemudian dibentuk UPTD-UPTD yaitu UPTD Pendidikan, dan KB sementara UPTD Kesehatan sudah lebih awal terbentuk, kemudian didirikannya KUA, POLPOS dan POSRAMIL.
Pada tanggal 8 September 2005 telah terjadi peristiwa yang sempat menghambat kelancaran pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, namun 3 (tiga) hari kemudian sudah dapat diatasi sehingga situasi dan kondisi kembali kondusif.
Pada tahun 2006 dipugarnya Masjid Jamie Tk Desa di 3 Desa yaitu Awiluar, Sadewata, Darmaraja dan Desa Sukaraharja sudah lebih awal. Kemudian pembangunan TK Pembina dan pendirian SMA Negeri Lumbung pada tahun 2007.
Dan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Ciamis tanggal 19 Juni 2006 Nomor 140/Kpts. 188/Huk 2006 Pusat Pemerintahan Kecamatan Lumbung ditetapkan. Dan pada hari ini tanggal 14 Oktober 2009 kecamatan Lumbung berusia 5 tahun.

SEJARAH KABUPATEN CIAMIS


SEJARAH KABUPATEN CIAMIS

 

Menurut sejarawan W.J Van der Meulen, Pusat Asli Daerah (kerajaan) Galuh, yaitu disekitar Kawali (Kabupaten Ciamis sekarang). Selanjutnya W.J Van der Meulen berpendapat bahwa kata “galuh”, berasal dari kata “sakaloh” berarti “dari sungai asalnya”, dan dalam lidah Banyumas menjadi “segaluh”. Dalam Bahasa Sansekerta, kata “galu” menunjukkan sejenis permata, dan juga biasa dipergunakan untuk menyebut puteri raja (yang sedang memerintah) dan belum menikah.

Sebagaimana riwayat kota-kabupaten lain di Jawa Barat, sumber-sumber yang menceritakan asal-usul suatu daerah pada umumnya tergolong historiografi tradisional yang mengandung unsur-unsur mitos, dongeng atau legenda disamping unsur yang bersifat historis. Naskah-naskah ini antara lain Carios Wiwitan Raja-raja di Pulo Jawa, Wawacan Sajarah Galuh, dan juga naskah Sejarah Galuh bareng Galunggung, Ciung Wanara, Carita Waruga Guru, Sajarah Bogor. Naskah-naskah ini umumnya ditulis pada abad ke-18 hingga abad ke-19. Adapula naskah-naskah yang sezaman atau lebih mendekati zaman Kerajaan Galuh. Naskah-naskah tersebut, diantaranya Sanghyang Siksakanda ‘Ng Karesian, ditulis tahun 1518, ketika Kerajaan Sunda masih ada dan Carita Parahyangan, ditulis tahun 1580.
Berdirinya Galuh sebagai kerajaan, menurut naskah-naskah kelompok pertama tidak terlepas dari tokoh Ratu Galuh sebagai Ratu Pertama. Dalam laporan yang ditulis Tim Peneliti Sejarah Galuh (1972), terdapat berbagai nama kerajaan sebagai berikut: Kerajaan Galuh Sindula (menurut sumber lain, Kerajaan Bojong Galuh) yang berlokasi di Lakbok dan beribukota Medang Gili (tahun 78 Masehi?); Kerajaan Galuh Rahyang berlokasi di Brebes dengan ibukota Medang Pangramesan; Galuh Kalangon berlokasi di Roban beribukota Medang Pangramesan; Galuh Lalean berlokasi di Cilacap beribukota di Medang Kamulan; Galuh Pataruman berlokasi di Banjarsari beribukota Banjar Pataruman; Galuh Kalingga berlokasi di Bojong beribukota Karangkamulyan; Galuh Tanduran berlokasi di Pananjung beribukota Bagolo; Galuh Kumara berlokasi di Tegal beribukota di Medangkamulyan; Galuh Pakuan beribukota di Kawali; Pajajaran berlokasi di Bogor beribukota Pakuan; Galuh Pataka berlokasi di Nanggalacah beribukota Pataka; Kabupaten Galuh Nagara Tengah berlokasi di Cineam beribukota Bojonglopang kemudian Gunungtanjung; Kabupaten Galuh Imbanagara berlokasi di Barunay (Pabuaran) beribukota di Imbanagara dan Kabupaten Galuh berlokasi di Cibatu beribukota di Ciamis (sejak tahun 1812).

Untuk penelitian secara historis, kapan Kerajaan Galuh didirikan, dapat dilacak dari sumber-sumber sezaman berupa prasasti. Ada prasasti yang memuat nama “Galuh”, meskipun nama tanpa disertai penjelasan tentang lokasi dan waktunya. Dalam prasasti berangka tahun 910, Raja Balitung disebut sebagai “Rakai Galuh”. Dalam Prasasti Siman berangka tahun 943, disebutkan bahwa “kadatwan rahyangta I mdang I bhumi mataram ingwatu galuh”. Kemudian dalam sebuah Piagam Calcutta disebutkan bahwa para musuh penyerang Airlangga lari ke Galuh dan Barat, mereka dimusnahkan pada tahun 1031 Masehi. Dalam beberapa prasasti di Jawa Timur dan dalam Kitab Pararaton (diperkirakan ditulis pada abad ke-15), disebutkan sebuah tempat bernama “Hujung Galuh” yang terletak di tepi sungai Brantas. Nama Galuh sebagai ibukota disebut berkali-kali dalam naskah sebuah prasasti berangka tahun 732, ditemukan di halaman Percandian Gunung Wukir di Dukuh Canggal (dekat Muntilan sekarang).

Pada bagian carita Parahyangan, disebutkan bahwa Prabu Maharaja berkedudukan di Kawali. Setelah menjadi raja selama tujuh tahun, pergi ke Jawa terjadilah perang di Majapahit. Dari sumber lain diketahui bahwa Prabu Hayam Wuruk, yang baru naik tahta pada tahun 1350, meminta Puteri Prabu Maharaja untuk menjadi isterinya. Hanya saja, konon, Patih Gajah Mada menghendaki Puteri itu menjadi upeti. Raja Sunda tidak menerima sikap arogan Majapahit ini dan memilih berperang hingga gugur dalam peperangan di Bubat. Puteranya yang bernama Niskala Wastu Kancana waktu itu masih kecil. Oleh karena itu kerajaan dipegang Hyang Bunisora beberapa waktu sebelum akhirnya diserahkan kepada Niskala Wastu Kancana ketika sudah dewasa. Keterangan mengenai Niskala Wastu Kancana, dapat diperjelas dengan bukti berupa Prasasti Kawali dan Prasasti Batutulis serta Kebantenan.
Pada tahun 1595, Galuh jatuh ke tangan Senapati dari Mataram. Invasi Mataram ke Galuh semakin diperkuat pada masa Sultan Agung. Penguasa Galuh, Adipati Panaekan, diangkat menjadi Wedana Mataram dan cacah sebanyak 960 orang. Ketika Mataram merencanakan serangan terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628, massa Mataram di Priangan bersilang pendapat. Rangga Gempol I dari Sumedang misalnya, menginginkan pertahanan diperkuat dahulu, sedangkan Dipati Ukur dari Tatar Ukur, menginginkan serangan segera dilakukan. Pertentangan terjadi juga di Galuh antara Adipati Panaekan dengan adik iparnya Dipati Kertabumi, Bupati di Bojonglopang, anak Prabu Dimuntur keturunan Geusan Ulun dari Sumedang. Dalam perselisihan tersebut Adipati Panaekan terbunuh tahun 1625. Ia kemudian diganti puteranya Mas Dipati Imbanagara yang berkedudukan di Garatengah (Cineam sekarang).

Pada masa Dipati Imbanagara, ibukota Kabupaten Galuh dipindahkan dari Garatengah (Cineam) ke Calingcing. Tetapi tidak lama kemudian dipindahkan ke Bendanagara (Panyingkiran). Pada Tahun 1693, Bupati Sutadinata diangkat VOC sebagai Bupati Galuh menggantikan Angganaya. Pada tahun 1706, ia digantikan pula oleh Kusumadinata I (1706-1727).

Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan R.A.A. Kusumadiningrat menjadi Bupati Galuh, pemerintah kolonial sedang giat-giatnya melaksanakan tanam paksa. Rakyat yang ada di Wilayah Galuh, disamping dipaksa menanam kopi juga menanam nila. Untuk meringankan beban yang harus ditanggung rakyat, R.A.A. Kusumadiningrat yang dikenal sebagai “Kangjeng Perbu” oleh rakyatnya, membangun saluran air dan dam-dam untuk mengairi daerah pesawahan. Sejak Tahun 1853, Kangjeng Perbu tinggal di kediaman yang dinamai Keraton Selagangga.

Antara tahun 1859-1877, dilakukan pembangunan gedung di ibu kota kabupaten. Disamping itu perhatiannya terhadap pendidikan pun sangat besar pula. Kangjeng Perbu memerintah hingga tahun 1886, dan jabatannya diwariskan kepada puteranya yaitu Raden Adipati Aria Kusumasubrata.

Pada tahun 1915, Kabupaten Galuh dimasukkan ke Keresidenan Priangan, dan secara resmi namanya diganti menjadi Kabupaten Ciamis.


TELEPON PENTING KABUPATEN CIAMIS


TELEPON PENTING KABUPATEN CIAMIS..

RSUD Ciamis         : (0265) 777000
Polres Ciamis         : (0265) 774444
Polsek Ciamis         : (0265) 772071
Kodim Ciamis         : (0265) 771180
PLN Ciamis            : (0265) 771119
PDAM Ciamis         : (0265) 774477
UPTD Pemadam Kebakaran : 113
                             : (0265) 772993
Stasion KA Ciamis   : (0265) 771037

bila sempat silahkan catat saja no. nya .. barangkali anda membutuhkannya.. :)

Minggu, 06 November 2011

KARYA TULIS PESAWAT LATIH


LEMBAR PENGESAHAN
PESAWAT LATIH
Karya Tulis

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Ujian Nasional
Karya tulis ini disahkan oleh :



Wali kelas




(.......................................)
NIP..........................................

Pembimbing




(.......................................)
NIP..........................................
Diberdayakan oleh Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls